Open Minded & Tetaplah Menjadi Pribadi yang Baik
“Open Minded & Tetaplah Menjadi Pribadi yang Baik”
Dr. Suhartoyo S.H, M.H
(Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Periode 2023-2028)
Alumni Fakultas Hukum UII, Angkatan 1978
Martin Luther King, Jr. menyatakan “the function of education is to teach one to think intensively and to think critically. Intelligence plus character, that is the goal of true education.” Pendidikan memang berfungsi untuk mengajarkan seseorang untuk dapat berpikir secara mendalam dan kritis, namun tujuan sesungguhnya edukasi adalah untuk mengembangkan intelegensia dan karakteristik. Kompetensi dan ilmu pengetahuan pada titik tertentu dapat menjadi penggerak social engineering menuju sebuah kemajuan. Era dimana relasi antar individu atau organisasi di berbagai bidang didukung dengan semakin meningkatnya pemanfaatan IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelligent / kecerdasan buatan), menjadikan sirkulasi pengetahuan sangat cepat dan dapat dijangkau oleh siapapun. Perkembangan ini menjadi peluang namun sekaligus chalenge dimana “pertukaran pengetahuan” menjadi faktor pendukung metode penciptaan nilai tambah (value added) dalam menjawab setiap permasalahan yang ada di masyarakat (problem solving).
Dalam rangka mewujudkan added value sebuah ilmu pengetahuan untuk menjawab permasalahan, pertukaran pengetahuan perlu diarahkan pada penggalian (exploration) kebutuhan (need) dari para mitra kita, dan mempertemukan kebutuhan tersebut dengan pengetahuan/kompetensi yang kita miliki.
Permasalahan dan problem di dunia kerja, secara pragmatis tidak mengenal ‘kotak-kotak’ disiplin keilmuan. Sehingga, kita harus mampu memahami dan menggali permasalahan yang ada serta melihat dari berbagai perspektif menggunakan pendekatan lintas-disiplin ilmu, lintas-kepakaran, dan solusi atas masalah tersebut membutuhkan berbagai kompetensi secara terpadu. Dengan kata lain, identifikasi kebutuhan/masalah dan pencarian solusi perlu dilakukan melalui pertukaran pengetahuan secara sistematis dan kolaboratif.
Dewasa ini, pengetahuan dapat berkembang borderless (tanpa batasan ruang dan waktu). Merdeka belajar telah memperluas makna proses pencarian ilmu pengetahuan tidak hanya di kampus namun juga di rumah, lingkungan tempat tinggal, organisasi masyarakat, komunitas kaum muda, bahkan media sosial. Meskipun demikian, dalam kondisi saling terisolasi satu dari yang lain, pengetahuan belum bisa menjadi sumber perubahan (agent of change). Untuk bisa mendorong penciptaan nilai tambah ataupun menjawab permasalahan, dibutuhkan pertukaran pengetahuan (knowledge exchange) baik di antara individu di dalam sebuah organisasi, maupun di antara organisasi-organisasi. Jadi, meskipun pengetahuan dan kompetensi akademik yang kita miliki merupakan modal yang penting, penciptaan nilai tambah membutuhkan interaksi sosial dan pertukaran pengetahuan secara terus-menerus.
Kita perlu memahami bahwa knowledge exchange (pertukaran pengetahuan) bukanlah proses yang sama dengan pertukaran informasi. Dalam proses pertukaran pengetahuan terdapat interaksi sosial dan komunikasi intens yang bersifat semi konsultatif atas dasar keterbukaan dan trust. Komunikasi tersebut merupakan suatu proses yang humane (manusiawi) dan berbudaya, alih alih suatu proses formal. Para lulusan UII ke depan akan menjumpai mitra kerja dengan berbagai latar belakang kultur, nilai, point of view (cara pandang), serta tujuan tertentu. Keanekaragaman dan perbedaan tersebut sangat penting untuk kita hargai dan pahami. Kita harus memegang teguh prinsip, nilai, tradisi dan sikap yang menjadi jati diri kita, seiring dengan memahami perbedaan dan friksi dengan mitra kerja. Oleh karenanya, diperlukan soft skill yakni kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, dan berkolaborasi secara toleran dan berbudaya.
Nilai-nilai kehidupan sebagai kristalisasi Pancasila, sebagai ideologi dan source of law kehidupan bangsa Indonesia juga perlu dijunjung tinggi dan diterapkan dalam setiap kita berpikir, bersikap, serta bertindak. Toleran atas adanya perbedaan pendekatan, point of view, budaya, dan prinsip adalah penting sepanjang seluruh proses menuju penyelesaian masalah dengan pengetahuan dan kompetensi tetap berlandaskan nilai nilai Pancasila.
Terakhir saya ingin mengingatkan agar para lulusan UII dapat menerapkan hal-hal berikut agar dapat mencapai karir yang gemilang. Pertama, jadilah pribadi yang memegang teguh integritas dimanapun saudara berkarir. Senantiasa selesaikan pekerjaan dengan professional sesuai dengan komitmen dan tepat waktu. Selain itu, nilai kejujuran, tanggung jawab, dan etika akan menjadi modalitas yang tidak hanya mencapai namun mempertahankan sukses gemilang.
Kedua, tingkatkan soft skill dan pengetahuan. Wisuda dan kelulusan bukanlah akhir dari pencapaian namun awal dari proses pembelajaran yang tiada henti dan tanpa batas. Kehidupan akan memberi pelajaran yang penuh makna seperti sebuah pepatah we don’t stop going to school when we graduate, karena kehidupan adalah sejatinya tempat kita akan terus belajar dan mengasah skill sesuai dengan passion.
Ketiga, bersikaplah open minded. Di era digital dimana paradigm shifting seolah dapat terjadi terus menerus dan tidak terduga, kita harus terbuka akan adanya perkembangan dan perubahan agar mampu beradaptasi dengan baik. Dalam hal kita menghadapi kesulitan untuk memecahkan sebuah permasalahan, jangan pernah malu untuk bertanya dan meminta bantuan pada orang lain yang memang lebih expert (kompeten) di bidangnya.
Last but not least, tetaplah menjadi pribadi yang baik apapun situasi dan keadaan yang saudara hadapi. Menjadi sukses gemilang, expert di bidang keilmuan tertentu mungkin akan menjadikan kita sorotan pada waktu tertentu. Namun dikenang sebagai pribadi yang baik akan menjadi sebuah keabadian. Hal ini sebagaimana pepatah mengatakan no act of kindness, no matter how small, is ever wasted. Tiada satu tindakan kebaikan, sekecil apapun, yang sia sia.
*diringkas dan diambil dari naskah sambutan alumni, saat pelaksanaan wisuda UII, Sabtu 9 Maret 2024.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!