Ulil Albab dan Alumni UII
Oleh: M. Andy Rahmad Wijaya S.H, M.H (Managing Partner RESOLVA Law Firm) Alumni Fakultas Hukum UII
Wisuda merupakan momentum paripurna atas pencapaian pendidikan di Perguruan Tinggi. Dalam sejarahnya, wisuda berawal dari kampus modern di Eropa pada abad ke 12, dengan nama graduation. Adapun graduation berasal dari kata gradus yang artinya melangkah. Di Indonesia wisuda berasal dari bahasa jawa “wisudha” yang artinya adalah pelantikan. Begitu mulianya arti sebuah wisuda tersebut, momen yang membahagiakan bahkan mengharukan atas terselesainya proses pendidikan di perguruan tinggi. Apalagi bagi yang mendapatkan predikat akademik tinggi dengan pujian.
Menjadi bagian dari keluarga besar UII memiliki kebanggaan tersendiri. UII yang didirikan oleh tokoh bangsa di antaranya adalah: Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Mohammad Roem, K.H. Wahid Hasyim, dan Kahar Muzakkir memberikan suatu pesan khusus. Pesan khusus tersebut adalah keterpanggilan kita untuk mewujudkan apa yang beliau semua cita-citakan. UII didirikan dengan tujuan yang sangat mulia, tidak hanya untuk mencerdaskan bangsa saja, namun juga untuk mencetak kader bangsa dalam mengisi posisi-posisi strategis negara.
Dapat dimaklumi, bahwa saat pendirian UII di tahun 1945, suasananya adalah suasana perjuangan, dimana rakyat Indonesia sedang memperjuangkan kemerdekaannya, dan pemerintahan Indonesia sedang berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Suasana perjuangan itulah yang menjadi pemantik dalam perwujudannya dalam mendirikan sebuah perguruan tinggi. Kita sebagai anggota keluarga UII wajib mensyukuri atas apa yang telah beliau canangkan sekaligus mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang di dapat di UII.
Di UII kita dikenalkan dengan konsep Ulil Albab. Dalam beberapa literasi disebutkan Ulil Albab berasal dari kata ulu dan al-albab’. Ulu berarti mempunyai, sedangkan al-albab artinya berpikir atau si empunya daya piker, Yang pada intinya pengertian ulil albab adalah “orang-orang yang berakal”.
Ulil albab atau orang-orang yang berakal memiliki cici-ciri sebagai berikut;
- Memiliki kesungguhan mencari ilmu dan kecintaan mensyukuri nikmat Allah.
- Memiliki kemampuan memisahkan sesuatu dari kebaikan dan keburukan sekaligus mengarahkan kemampuannya untuk memiliki dan mengikuti kebaikan tersebut.
- Bersikap kritis dalam menerima pengetahuan atau mendengar pembicaraan orang lain.
- Memiliki kesediaan untuk menyampaikan ilmunya kepada orang lain, memiliki tanggungjawab untuk memperbaiki masyarakat, serta menjadi pelopor terciptanya kemaslahatan dalam masyarakat.
- Merasa takut hanya kepada Allah.
Jadi, implementasi dari hadirnya alumni UII adalah hadirnya karakter ulil albab di tengah-tengah masyarakat. Kalau hanya sekedar sarjana, mungkin sarjana dari kampus lain juga bisa menjadi sarjana, namun sebagai alumni UII, maka harus memiliki tanggungjawab untuk menjadi sarjana dengan karaktek insan ulil albab. Keberadaannya harus benar-benar dirasakan ditengah masyarakat. Paling tidak memiliki tanggungjawab terkecil di masyarakat tersebut.
Jika anda sebagai sarjana kedokteran, anda bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan di lingkungan terkecil anda. Jika anda seorang sarjana psikologi, maka anda bertanggungjawab terhadap kesehatan mental dilingkungan terkecil anda. Jika anda seorang sarjana hukum, maka anda bertanggungjawab terhadap tegaknya hukum di lingkungan terkecil anda. Jika anda seorang sarjana ekonomi, maka anda bertanggungjawab atas solusi ekonomi dilingkungan terkecil anda. Begitu juga dengan sarjana-sarjana lain, setidaknya memiliki tanggungjawab di tengah lingkungan terkecil anda.
Sudah sewajarnya, setelah lulus kuliah maka akan menapaki dunia yang sesungguhnya, yaitu menyatu dengan masyarakat, beraktivitas dengan bekerja. Saya memberikan pesan khusus kepada para wisudawan/wati untuk program ahlimadya dan sarjana. Teruslah anda untuk berdoa dan berikhtiar dalam mewujudkan cita-cita kalian. Dalam hal ini mungkin kita perlu melihat spirit Siti Hajar yang sedang mencari air untuk anaknya (Ismail), yang tengah menangis karena kehausan. Siti hajar lari-lari kecil dari bukit safa ke bukit Marwa, seolah ada air di bukit tersebut. Kembali ke bukit Safa ternyata hanya fatamorgana, balik lagi ke bukit Marwa ternyata hanya fatamorgana. Tapi ikhtiar itu terus dilakukan. Namun siapa sangka, air itu justru muncul dari hentakan kaki anaknya, dan memuncratkan air bagi kehidupan, yang saat ini semua orang muslim di seluruh dunia merindukan untuk meminumnya, yaitu air zam-zam.
Dalam mencapai cita-cita juga demikian, jangan menyerah atas apa yang sudah anda lakukan. Teruskan berdoa dan berikhtiar hingga cita-cita bisa digenggaman. Mungkin hasil ikhtiar itu tidak langsung didapat dari jerih payah anda sebagaimana cerita Siti Hajar tadi, namun ikhtiar ini memiliki lintasan prasangka positif untuk mewujudkan cita-cita saudara. Mungkin itulah yang sering dinamanakan ‘ikhtiar tidak menghianati hasil’. Sama seperti Thomas Alfa Edison yang lakukan percobaan bola lampu sebanyak 9000 kali atau Mark Zuckerberg yang mencoba pembuatan aplikasi Facebook namun di cemooh teman sekolahnya. Namun sekarang obsesi tersebut dirasakan hampir semua orang di dunia, dan kitapun termasuk pengguna setianya.
*diringkas dan diambil dari naskah sambutan alumni, saat pelaksanaan wisuda UII, Sabtu 25 November 2023.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!